Candi Sambisari at a glance
Artikel oleh : Suzash Gribisy
Sempat tidur dan terkubur selama
berabad-abad di dalam tanah, candi yang
satu ini ditemukan kembali oleh salah seorang petani bernama Bapak
Karyowinangun pada suatu pagi di tahun 1966. Pada pagi itu, beliau tengah
mencangkul sawahnya, namun mata cangkulnya membentur bongkahan batu dengan
pahatan di permukaannya. Setelah kejadian itu diteliti, Dinas Kepurbakalaan
menyimpulkan bahwa batu tersebut merupakan komponen candi. Beberapa waktu kemudian,
dilakukanlah penggalian lanjutan atau ekskavasi. Oleh karena itu, bila dilihat,
candi ini terletak lebih rendah dari permukaan tanah. Namanya Candi Sambisari;
candi yang tetap mempesona walau sudah tertimbun ratusan tahun di dalam tanah. Kini,
Candi Sambisari menjadi salah satu destinasi liburan ke Jogja.
Sejarah Candi
Sambisari
Para
pakar mengatakan, bahwa sejarah pendirian candi ini belum dapat diketahui
secara pasti karena kurangnya bukti yang konkret. Akan tetapi, apabila dilihat
dari struktur dan arsitektur bangunan candi, diperkirakan candi ini dibangun
sekitar tahun 812—813 M. Candi ini ternyata satu periode dengan Candi
Prambanan, Candi Plaosan,dan Candi Sojiwan lho, guys! Ternyata mereka berteman. J
Perlu
waktu lebih dari sewindu—bukan lagunya
Tulus, ya—untuk melakukan proses eskavasi hingga rekonstruksi bangunan.
Semua proses itu menghabiskan waktu hampir tiga windu, dari tahun 1966 ketika
ditemukan hingga selesai dipugar pada tahun 1987. Letak dari candi ini pun
cukup unik, guys. Candi Sambisari
terletak kira-kira 6.5 meter lebih rendah dari permukaan tanah. Oleh karena
itu, ketika liburan ke Jogja dan mengunjungi situs ini, kamu harus menuruni
anak-anak tangga ketika hendak memasuki kompleks candi.
Salah satu sudut dari komplek Candi Sambisari
Letak dan
Serba-Serbi Candi
Kompleks
candi Sambisari terdiri dari satu buah candi induk dan tiga buah candi perwara.
Kaki candi tampak polos tanpa hiasan. Namun, bagian luar dinding langkah dihiasi seretan
pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran yang sangat halus pahatannya. Tangga
candi dilengkapi dengan pipi yang dihiasi pahatan sepasang kepala naga dengan
mulut menganga. Batu yang tedapat di bawah masing-masing kepala naga dihiasi
pahatan berupa gana dalam posisi berjongkok dengan kedua tangan diangkat,
seolah menyangga kepala naga yang ada di atasnya. Gana, atau dapat juga disebut
Syiwaduta adalah makhluk pengiring Syiwa. Oleh karena itu, bisa kita tahu bahwa
Candi Sambisari adalah candi yang bercorak Hindu beraliran Syiwa. Pahatan Gana
juga sering ditemui di pintu masuk candi-candi besar di kompleks candi
Prambanan; yang juga merupakan candi bercorak Hindu.
So, Explore and Amazed!
Tidak ada alasan untuk kamu tidak
explore Candi Sambisari. Candi ini
berjarak kira-kira lima belas kilometer dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di
Desa Sambisari, Purwomartani, Kalasan. Selain keunikan tata letaknya yang lebih
rendah dari permukaan bumi, candi juga ini mirip sebuah kastil yang dikelilingi
oleh taman rumput nan hijau. Bak bermain di taman istana kerajaan deh,
pokoknya!
Soto Bathok yang yummy!
Nah,
setelah main-main dan hunting foto di
area Candi Sambisari, kamu dapat mampir wisata kuliner di warung Soto Bathok
Mbah Katro yang merupakan salah satu soto yang top banget di Jogja. Selain
murah, Soto Bathok Mbah Katro ini juga unik karena dihidangkan langsung dengan
mangkok bathok kelapa. Suasana warungnya pun khas pedesaan. Kita bisa menikmati
hidangan soto bathok dengan tempe goreng sambil menikmati hamparan sawah yang
hijau dan luas, bikin liburan ke Jogja kamu makin berkesan Jogja banget!
Kamu
belum pernah mengunjungi Candi Sambisari dan menikmati Soto Bathok Mbah Katro?
Wah, segerakan dong, guys. Tenang
saja kalau kamu tidak tahu menahu soal Jogja dan penasaran sekali ingin
menikmati kedua perpaduan menarik tersebut, Travel Mates siap mengantarkan dan
menemani kamu untuk liburan ke Jogja. Gaspol, yuk!